A Special Gift for My Birthday...
From My Sis in Bali...
Nomu Gomawoyo...^^
CHOCOLATE LOVE
By: Azthy_Shin
“ Aigoo! Bisa mati aku kalau sampai terlambat lagi hari ini.. Ya Tuhan.. Selamatkan aku untuk sekali ini saja… “ Lizzie berlari cepat menuju halte bus yang berada tak jauh dari rumahnya. Peluh menetes membasahi bajunya. Ia sudah tidak memerdulikan lagi keadaannya yang super berantakan dan nafasnya yang semakin tersengal. Itu semua tidak membuat gadis enerjik itu menyerah. Ia tidak boleh terlambat terlalu lama hari ini, kalau ia masih mau menyandang statusnya sebagai mahasiswi Kyunghee. Lizzie berlari dengan tempo dan waktu yang benar, karena ia berhasil menginjakkan kakinya di halte tepat saat bus yang biasa ia tumpangi datang.
“ Hoah.. Selamat! Kau hebat Lizzie..” desah Lizzie dengan nafas tersengal. Satu tangannya memegang dadanya yang sedang kekurangan oksigen. Dan satu tangannya lagi bergelayut pada pada pegangan bus karena ia tidak mendapat tempat duduk. Sambil mengambil nafas dalam dalam, Lizzie tersenyum bangga pada dirinya sendiri.
“ Kau boleh selamat dan tersenyum, tapi apa perlu aku membantu untuk menyingkirkan kakimu dari kakiku?” Seseorang berbicara sambil menatap lurus ke depan. Seorang pria dengan kacamata hitam dan rambut hitam legam sedang duduk dengan tegap di dalam bus itu. Tepat di depan Lizzie yang tengah berdiri.
“ Huh? Kau bicara padaku?” tanya Lizzie menatap heran pada pria yang seolah sedang berbicara sendiri itu sambil mengayun-ayunkan tangannya di depan wajah sang pria misterius.
“ Aku tidak buta. Apa kau tidak dengar apa yang ku katakan tadi?” jawab pria berkacamata tadi masih dengan nada datar dan tatapan yang lurus ke depan.
“ Huh? Apaa? Aku tidak dengar….” Teriak Lizzie dengan kencang dan sengaja tepat di telinga pria itu.
Pria tu menoleh dan dengan penuh penyesalan, ia melihat gadis di depannya itu tengah mengenakan headset dan sedang menatap ke luar bus sambil bersiul. Pria tadi, merasa sangat percuma telah menghabiskan energinya untuk berbicara pada gadis aneh di depannya.
“ Hey!” Pria itu menarik headset dari telinga Lizzie dan langsung melotot kesal pada Lizzie.
“ Apa-apaan kau?” delik Lizzie pada pria depannya.
“ Kau yang apa-apan. Lihat, apa yang sudah kakimu lakukan pada kakiku!” Pria itu mengedikkan dagunya menunjuk pada kaki Lizzie yang berada di atas kakinya. Lizzie mengikuti arah pandangan pria tadi dan terkejut.
“ Oh.. Mianhe…”
“ Lupakan..” Sahut pria itu ketus. Dan langsung berlalu ketika bus berhenti di halte berikutnya. Lizzie yang penasaran pada namja misterius itu dengan bodohnya juga ikut turun di halte yang sama padahal kampusnya masih jauh.
***
Lizzie terus mengikuti pria itu dengan santai. Karena sejak tadi pria itu juga berjalan dengan santai tanpa menoleh ke belakang. Lizzie sendiri tidak mengerti kenapa rasanya ia mengenal pria ini dan karena ia tidak suka penasaran, ia memutuskan untuk terus menguntit. Jadi seorang Lizzie Park secara tidak langsung sudah menyia-nyiakan perkuliahannya pagi ini hanya demi membuntuti seorang namja.
“ Masuk tidak ya..” gumam Lizzie menimbang nimbang saat target utamanya memasuki sebuah toko kue bernuansa cokelat.
“ Kalau aku masuk, apa yang harus ku katakan? Membeli kue? Aku kan tidak bawa uang banyak.. “ racau Lizzie lagi sambil menggigit kecil bibirnya. Akhirnya, setelah melalui pergolakan dengan dirinya sendiri, Lizzie memberanikan diri untuk masuk. Urusan lain, akan dipikirkannya nanti.
“ Selamat datang.. “
“ Oh ya.. Ehm, begini.. Aku.. Aku..” Lizzie mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko kue itu tetapi ia tidak mendapati sosok namja tadi.
“ Iya, nona.. Kau mau membeli kue, atau melihat lihat dulu?” tanya pegawai toko itu ramah, membuyarkan acara pencarian Lizzie.
“ Eh? Bolehkah cuma melihat lihat?” tanya Lizzie antusias.
“ Boleh nona. Kau juga bisa mencicipi kue disini.. “
“ Apa? Aku boleh mencicipinya juga?”
“ Tentu nona.. Silakan..” Lizzie mengikuti pegawai itu dan tersenyum senang saat melihat hamparan kue cokelat di depan matanya. Lizzie penggemar cokelat. Dan mendapat kesempatan sebagus ini tentu tidak akan pernah ia sia-siakan.
“ Bagaimana rasanya, nona?”
“ Humm.. Enaak. Tentu saja.. Haa.. Bagaimana aku bisa bicara jika ada kue seenak ini dalam mulutku.. Ini lumayan untuk mengganjal perut sebelum kuliah.. Haa…” ujar Lizzie senang namun tidak jelas karena mulutnya penuh kue sekarang.
“ MWOO? KULIAH? Uhuuuk! “ Lizzie berteriak tak lama berselang setelah ia selesai mengunyah dan menelan kuenya. Ia otomatis tersedak.
“ Nona, gwaenchanha? Ini, minum dulu..” pegawai itu menyodorkan segelas air minum dingin yang langsung diteguk habis oleh Lizzie.
“ Hah.. Eotteoke.. Hah.. Aku harus pergi.. Hah.. Bagaimana ini.. Terimakasih atas kuenya. Hah…. “ Lizzie terus meracau sambil berlari keluar toko kue itu. Tapi kemudian..
“ Hah.. Bagaimana ini.. Gelasnya terbawa olehku.. Maaf…”
“ Tidak apa nona..” Pegawai itu kemudian menertawakan Lizzie yang segera berlari lagi setelah mengembalikan gelas yang terbawa olehnya.
Lizzie berlari sekencang yang ia bisa sambil terus memukul sendiri kepalanya,menyalahkan dirinya yang melupakan kuliahnya pagi ini demi mengikuti seorang pria asing. Lizzie melirik jam tangannya sekilas dan kemudian merutuk, meratapi sendiri nasibnya yang akan mendapat hukuman spesial dari dosen matematika killernya, Cho Kyuhyun karena ia akan sangat sangat sangat terlambat hari ini.
***
Kim Heechul mengaduk pelan adonan kue di depannya agar menjadi adonan kue yang sempurna sambil tersenyum sangat manis. Ia tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan gadis itu dengan peristiwa yang tak terduga. Gadis kecilnya yang lucu kini sudah menjelma menjadi seorang gadis cantik dan manis. Banyak perubahan yang terjadi pada gadis itu, tetapi tidak untuk satu hal. Kecintaan gadis itu pada cokelat tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Mengingat ekspresi Lizzie tadi, Heechul hanya bisa tersenyum geli sendiri.
“ Anda mengenal gadis itu, Tuan?” tanya pegawai tadi pada Heechul.
“ Tentu saja. Tapi sepertinya dia tidak mengenaliku. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Untung saja belum ada pelanggan lain yang melihatnya mencicipi kue dengan cuma-cuma..” Heechul masih mengaduk pelan adonannya.
“ Tentu saja.. Anda sudah banyak berubah Tuan.”
“ Aku masih sama seperti yang dulu, Ahjumma.. Ini, tolong bawa ini ke oven..” Heechul menyerahkan adonan kuenya tadi pada ahjumma pegawai kesayangannya, kemudian berlalu dari dapur toko itu sambil bersiul merdu.
***
Duuuuuuuuuuuuuuung!! Pleetaaakkk!!
“ Ahh… Sial.. Aku sial sekali hari ini. Percuma aku berlari kencang mengejar bus, percuma aku mendapat kue gratis. Itu semua kan upayaku untuk tidak terlambat dan tidak kelaparan saat belajar. Haa.. Kenapa aku malah melupakan kuliahku! Lizzie, kau bodoh! Memang.. Dan sekarang akhirnya kau membolos, dan.. Haa… Bagaimana jika dosen itu melapor pada Appa.. Hah.. Dan sialnya lagi aku bahkan lupa melihat nama toko kue itu.. Ahhhh!! “
Duuuuuuuuuuuuuuung!! Pleetaaakkk!! Takk! Takk!! Takk!!- Lizzie menendang lagi kaleng yang ada di depannya sambil tetap memanyunkan bibirnya dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
“ Hey! Jangan buang sampah sembarangan, apalagi dengan cara menendangnya. Itu berbahaya.”
“ Eh? Kau? Kaki? Bus? Toko kue? HYAA! Kau yang membuatku terlambat!” Lizzie memukul punggung namja yang sedang bersandar pada mobilnya. Lizzie melampiaskan semua kekesalannya pada namja itu.
“ Hey, Hey.. Calm down.. Kau pikir aku ini apa? Seenaknya memukulku sembarangan.. Ayo, ikut!”
“Kau belum puas ya membuatku sial hari ini? Kau mau apa? Membawaku kemana? Lepaskan, atau aku akan menggigitmu!” Lizzie meronta dengan bersusah payah untuk melepaskan tangannya dari dai namja itu. Tapi usahanya sia sia, namja itu berhasil membuatnya masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.
“ HYA! Kau ini gila?” hentikan mobilnya dan biarkan aku turun disini. Ppali!”
“ Tidak akan, Lizzie.. “ jawab namja itu dengan tenang dan tetap fokus menyetir.
“ Waeyo? Tunggu, kenapa kau tau namaku?” tanya Lizzie antusias pada pria di sebelahnya.
“ Kau menyebutkannya tadi sewaktu di bus. Kau bilang begini, Ah.. kau hebat Lizzie.. Begitu.. Kau tidak ingat?”
“ Ohh.. Begitu. Aku pikir.. “ Lizzie memalingkan muka menghadap ke jendela mobil dan memandang keluar. Tidak ingin kalau sampai pria itu melihat mukanya merah menahan malu, karena telah salah mengira.
“ Kau pikir apa? Kau pikir aku fansmu?” selidik pria itu sambil tertawa.
“ Anniyo! Geunyang (Cuma.. )… Ah! Turunkan aku! “ protes Lizzie lagi.
“ Lizzie Park. Nama asli Park Seung Mi. Putri tunggal Park Jung Soo, seorang pemimpin perusahaan terkemuka di Seoul dan Tokyo. Tetapi lebih banyak menghabiskan waktunya di jalanan dengan menaiki bus, terlambat, dan tidak pernah bawa banyak uang. Ia pribadi yang sederhana, tidak pilih teman, tetapi agak kasar dan suka berteriak. “ Lizzie melongo mendengar semua pemaparan namja itu tentang dirinya, karena semuanya hampir benar.
“ Bagaimana kau tau itu?”
“ Kau tidak ingat aku?” tanya pria itu serius.
“ Memangnya kau siapa? Kau kan bukan Seulong 2AM, jadi jelas aku tidak tau siapa kau..” cibir Lizzie yang hanya dibalas senyum oleh pria itu.
“ Kau akan tau nanti…”
***
“ HEENIM CAKE? Inikan toko yang tadi. Untuk apa mengajakku kemari? Tidak mau. Gara-gara toko ini juga aku sial hari ini.. “ gerutu Lizzie begitu turun dari mobil dan menghadapi kenyataan bahwa ia sekarang berdiri di depan toko kue terlezat di dunia yang pernah ia kunjungi.
“ Lizzie Park, seorang gadis kaya raya penyuka cokelat, ia bisa saja membeli ratusan cokelat batangan atau satu rumah kue cokelat jika ia mau. Tapi, ia tidak pernah melakukan itu. Ia hanya menyukai kue cokelat buatan sahabat kecilnya, seorang anak tukang kue yang tinggal di perumahan kumuh di belakang istana mewahnya.”
Lizzie berbalik dan menatap lekat sosok pria di depannya. Menatap inci demi inci pria di depannya. Pria itu tersenyum padanya. Tersenyum manis. Dan senyum itu mengingatkan Lizzie pada seseorang di masa lalunya.
“ KIM HEECHUL!!!!!!!!!!!!” Pekik Lizzie melompat dan langsung memeluk Heechul.
“ Kau sudah ingat?”
“ Bodoh! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau baru datang sekarang? Kenapa dulu kau menghilang? Kenapa Heechul? “ Lizzie mulai terisak. Ia sangat merindukan sosok namja bernama Kim Heechul yang tengah memeluknya sekarang.
“ Mianhae..” jawab Heechul tenang, mengelus rambut Lizzie yang terurai.
“ BABO! Dua belas tahun, kau pikir itu sebentar? Kau pikir aku tidak berusaha mencarimu? Kau pikir aku tidak kesepian selama itu? “ protes Lizzie lagi.
“ Kau tidak mengenaliku..” bisik Heechul.
“ Hei! Lihat sendiri pada dirimu! Kau berubah. Lihat badanmu sekarang, atletis, kau dewasa. Dan, hyaa.. Kim Heechul! Bagaimana mungkin aku mengenalimu dengan cepat!” Lizzie memukul Heechul. Lalu melompat memeluknya lagi. Tidak perduli pada pandangan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya, yang penting ia sangat tidak ingin kalau Heechul, sahabat kecilnya meninggalkannya lagi.
“ Lizzie.. Kau banyak berubah.. Tapi ketika aku melihatmu di bus tadi, aku sudah yakin itu kau.. Dan sepertinya kau mengingatku walau sedikit. Kau membuntutiku bukan?”
“ Kau tau?” Lizzie melepaskan pelukannya dan memandang Heechul.
“ Tentu saja.. Kau bukan penguntit yang handal. Lizzie, kau masih mau membuat kue bersamaku?”
“ Tentu saja.. Kajja! “ Lizzie menggandeng tangan Heechul mengajaknya ke mobil.
“ Mau kemana?”
“ Loh? Kita buat kue cokelat seperti dulu.. Di rumahmu tentu saja.. Ayo..” rajuk lizzie bergelayut mesra pada Heechul.
“ Kenapa mesti jauh jauh? Kita membuatnya disini..”
“ Disini?”
“ Tepatnya di dalam sana..” Heechul membalikkan badan Lizzie dan menunjuk ke arah toko kue miliknya.
“ Jadi? Toko itu.. Milikmu?”
“ Hmm.. Ayo masuk..”
Heechul merangkul Lizzie dan mengajaknya masuk ke dalam toko kuenya. Sementara Heechul dengan senyum mengembang berjalan memasuki toko kue itu, Lizzie sendiri merasakan perasaannya campur aduk sekarang. Senang, tidak percaya, dan malu.
***
“ Jadi kau bisa sukses seperti ini karena semua hal yang kau ceritakan tadi? kau hebat Heechul! Kau hebat..” ujar Lizzie senang sambil menepuk nepuk punggung Heechul yang tengah mengaduk adonan kue.
“ Aku kan sudah bilang, aku akan menjadi seorang yang hebat..” Heechul mengoleskan adonan kuenya di pipi Lizzie yang langsung membuat Lizzie cemberut.
“ Kau, tidak pernah berubah ya.. “ Omel Lizzie kesal.
“ Tentu..”
“ Kue itu untukku?” ujar Lizzie menatap garang pada kue yang di bawa Heechul.
“ Bukan.. Ini untuk pelanggan..”
“ Heechul, masa kau tidak mau membuatkan kue untukku?” Lizzie mulai merajuk.
“ Kau sudah makan banyak tadi..”
“ Heechul…”
***
“ Kenapa kau menyuruhku ikut denganmu malam malam begini? Eh, bukan. Ini sudah hampir tengah malam. Kau gila? Jangan-jangan kau mau menculikku..” gerutu Lizzie saat Heechul menjemputnya dengan sopan ke rumahnya.
“ Anniyo. Aku hanya ingin jalan-jalan. “ jawab Heechul setenang mungkin, padahal jantungnya sedang berdebar.
“ Hah… Aku hanya dijemput untuk itu? Kau gila. Benar-benar gila..”
“ Lizzie, ayo cepat..” Heechul menarik tangan Lizzie dan mengajaknya berlari. Lizzie merasa nyaman dengan perlakuan Heechul padanya malam ini. Jadi, ia mengikuti Heechul yang menggenggam erat tangannya.
“ Kenapa ke toko kue lagi?” protes Lizzie. Ia pikir Heechul akan mengajaknya melihat kembang api atau melakukan hal romantis lainnya. Tapi Heechul malah mengajaknya ke toko kue miliknya lagi.
“ Aku seharusnya sadar saat kau mengajakku berlari dan melewati jalan ini. Haah.. Heechul..”
“ Ayo..” Heechul dengan senyum mengembang di bibirnya tidak menghiraukan protes Lizzie. Ia membimbing Lizzie dan membuka pintu tokonya. Di balik pintu itu ternyata sesuatu telah disiapkan Heechul untuk Lizzie.
“ Tadaaaa… Saengil chukae… “ Teriak Heechul..
Lizzie menatap pemandangan di depannya dengan mata berkaca-kaca. Ia bahkan lupa kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Heechul menyiapkan segalanya dengan rapi. Sebuah kue tart cokelat bertingkat tiga. Lilin yang mengelilingi kue itu. Hadiah yang tersusun rapi di sebelah kuenya. Dan masih banyak lagi hal yang ada di ruangan itu yang sanggup membuat Lizzie meneteskan air matanya.
“ Heechul..”
“ Ini sudah pukul dua belas lewat. Jadi, tanggal sudah bergeser ke hari tiga belas di bulan Mei. Ulang tahunmu, bukan? Kau bisa hitung kadonya. Ada dua puluh satu, sesuai umurmu. Kemudian karena tidak mungkin aku membuat kue dengan dua puluh satu tingkat, jadi hanya kue tingkat itu yang bisa aku buatkan untukmu. Tiga dari dua ditambah satu. Saengil chukae.. “
“ Heechul,bagaimana kau mengingat ini semua? Aku saja tidak ingat..”
“ Tidak mungkin aku melupakan hal yang paling penting bagimu..”
“ Heechul, gomawo.. “
“ Kau tidak ingin meniup lilinnya? Ayo…”
***
“ Apa yang kau harapkan?” tanya Heechul pada Lizzie setelah Lizzie meniup lilin ulang tahunnya.
“ Rahasia… Eh, Heechul, kenapa kadonya hanya sembilan belas?” ujar Lizzie sambil dengan serius menghitung kado-kadonya.
Heechul hanya tersenyum mendengar pertanyaan Lizzie.
“ Satu kadonya sedang ada di depanmu..” bisik Heechul.
“ Ha? Kau? “
“ Hmm… Dan kado yang satunya lagi ada di tanganku..”
“ Apa sih?” Lizzie meraih tangan Heechul dan melihat seuntai kalung berada dalam genggaman Heechul.
“ Happy birthday my little princess.. Ini hadiahmu..” Heechul memakaikan kalung itu ke leher Lizzie dan mengecup pipi Lizzie.
“ Saranghaeyo..”
“ Heechul?” Lizzie menatap Heechul tidak percaya. Tapi Heechul merengkuh tubuh Lizzie ke dalam pelukannya.
“ Ini ulang tahun terindah..” ujar Lizzie kemudian
“ Jangan berisik.. “ gumam Heechul.
“ Kalungnya bagus..”
“ Bodoh, sudah kukatakan jangan berisik..”
“ Kuenya kelihatan enak…”
“ Jelas saja.. Itu kue buatanku yang paling spesial. Namanya chocolate love..”
“ Jangan berisik Heechul!” Lizzie terkikik dalam pelukan Heechul.
“ Eh?” Heechul mengetatkan pelukannya pada gadis yang sangat dicintainya. Gadis kecil yang sekarang telah tumbuh dewasa dan menjadi miliknya.
Lizzie menikmati berada di dalam pelukan Heechul. Ia memegang liontin kalungnya yang sangat menarik dan tersenyum. Berharap hari ini tidak akan berlalu dengan cepat. Karena semuanya begitu spesial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar