Namaku Karin, Kim Karin. Aku adalah seorang mahasiswi semester 5 jurusan Psikologi di Universitas paling bergengsi di negeri ini. Yup, Universitas Indonesia. Aku berdarah campuran (kayak Hermione Granger di serial Harry Potter gitu. Hahaha). Serius!? Ayahku orang Inggris asli, sedangkan Ibuku campuran Indonesia-Korea. Alhasil, tidak heran kalau menurut lembaga survey wajahku berada diatas rata-rata. Hahaha. Narsis.com.
Aku ngga bahong kok! Sumpah!
Wajahku sama seperti orang barat (secara ayahku orang Inggris kan…) pada umumnya, tapi warna kulitku tidak sepucat mereka, rambut dan warna bola mataku hitam. Tinggi badanku juga standar, ngga tinggi menjulang seperti bule, tapi lumayan tinggilah untuk ukuran cewek Indonesia.
Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakakku itu cowok, yang pertama namanya Kim Hyun Joong, dan yang kedua namanya Kim Hyung Joon. Aku sangat menyayangi mereka. Tapi sayangnya mereka sangat sibuk sehinga tidak punya cukup waktu untukku. Hyun Joong oppa sangat sibuk membantu ayah mengurus perusahaan, sedangkan Hyung Joon oppa baru saja mendapat gelar sarjana di Melbourne, Australia dan sekarang sedang mengurus untuk melanjutkan kuliah S-2nya di Amerika. WOW… Fantastic bukan?!
Itulah mereka. Kedua kakakku dengan segudang prestasi mereka yang sangat membanggakan. Tapi disinilah aku. Karin Kim. Hanya gadis biasa berstatus mahasiswi, yang kecanduan internet dan sangat tergila-gila dengan negeri Ginseng, tanah kelahiran kakekku, Korea. Mulai dari musik, film, drama, sampai pada kebiasaan dan cara hidup orang Korea pun sudah berada diluar kepalaku. Ckckck. Walaupun hal ini bukan sebuah ‘kebanggan’, tapi aku cukup bangga dengan diriku. Hehehe.
***
Nae sarangi.. naegaereohka..
Seunggyeowa tto naui gieoksoge..
Seuggyeo haetdeon.. nauie..
Geudae sarangeun.. naega animmeun..
Almyeosseodo ireohkae..
Tto haruman..
Ponselku berdeing nyaring melantunkan suara Xiah Junsu yang mengisi soundtrack drama korea kesayanganku sekarang, Sungkyunkwan Scandal. Kuraih ponsel yang berada didekat kepalaku. Tapi bukan untuk membaca SMS yang baru saja masuk, tapi hanya untuk melihat jam, serta melihat nama Si Pengirim SMS. Yoonhee unnie. Kira-kira nama itulah yang terbaca oleh mataku yang sangat enggan untuk terbuka, padahal jam sudah menunjukkan angka 09.17 pagi.
Neo gateun saram tto eopseo,,
juwireul dureobwado geujeo georeohdeongeol,,
eodiseo channi,,
Neo gatchi joheun saram,,
neo gatchi joheun saram,,
neo gatchi joheun ma eum,,
neo gatchi joheun seonmul,,
Neomu dahaeng iya aesseo,,
neorel jikyeojul geu sarami baro naraseo,,
eodiseo channi,,
Na gatchi haengbokhan nom,,
na gatchi haengbokhan nom,,
na gatchi unneun geureon,,
choegoro haengbokhan nom,,
ponselku kembali berdering. Kali ini lagu ‘No Other’ dari Super Junior yang mengalun lembut disekitar telingaku. Perlahan kuraih ponselku.
“yoboseyo…” kataku menerima telepon dengan mata yang masih tertutup.
“hyaaa!!! Kim Karin!!! Apa yang kau lakukan hah!?” teriak Si Penelpon-Pengganggu-Tidurku di minggu pagi ini.
“uummm… Yoonhee unnie ya? Waeyooo?” jawabku tak bertenaga menahan kantuk yang sangat luar biasa ini.
“hya!!! Kau masih tidur? Astaga! BANGUUUUUUUUUUUUUUUNNNNN!!!” Yoonhee unnie kembali berteriak ditelepon. Dan kali ini teriakan cemprengnya sukses membuat mataku terbuka sedikit.
“uummm… unnie, mwoya? Aku ngantuk sekali. Aku baru tidur jam 6 tadi..” sahutku sambil kembali memeluk bantal guling merahku yang empuk.
“anak ini benar-benar… aisshhhh” kudengar suara unnie kesal seperti ingin mencubitku sekuat tenaga. “ya sudah. Unnie cuma mau bilang kalau unnie punya tiket nonton Super Junior. Kalau berminat segera datang ke cafe sebelum siang ini. Kalau tidak tiketnya unnie kasih ke orang lain. Arasseo?!” tuut.. tuut.. tuut.. dan telepon pun terputus. Aku masih belum sadar untuk beberapa detik. Akhirnya mataku terbuka. Perlahan aku bangun dan duduk dengan tetap memeluk guling sambil menguap dengan malas.
Kupandangi kamarku yang lumayan berantakan akibat nonton DVD sejak kemarin pagi sampai pagi tadi. 1 kaleng Fanta, 1 botol Pulpy Orange, 1 botol Frestea Lemon, 1 botol AQUA 500 ml, 1 mangkuk salad buah, 1 kotak Pizza ukuran jumbo, serta beberapa bungkus makanan ringan berserakan disekitarku. Sepertinya aku telah berpesta ria seorang diri. Kusandarkan punggungku ke tempat tidur. Aku menghela nafas panjang sembari mencoba mengingat perkataan Yoonhee unnie ditelepon tadi.
“cafe..” gumamku. “datang ke cafe.. sebelum siang?” gumamku lagi. “untuk apa? Emang ada apaan di cafe pagi-pagi?” tanyaku pada diri sendiri.
Kuikat rambut sebahuku yang sudah bertambah panjang sambil terus berusaha mengingat perkataan Yoonhee unnie.
“Super Junior? Sepertinya tadi unnie nyebut itu deh… Chakkaman! Super Junior mau konser di cafe-nya Yoonhee unnie? Sulit dipercaya! Ini hebat!” ujarku setengah berteriak.
“aniyo… sepertinya ada yang salah… ini jelas tidak mungkin!” aku berusaha menenangkan diri dengan cara mengatur nafas perlahan-lahan.
Setelah tenang, aku berjalan menuju beranda kamarku yang terletak dilantai dua. Kubuka pintu beranda dan aku langsung menuju terali besi yang menjadi pagar beranda. Kuamati keadaan sekitar rumahku dari atas. Sepi. Disana hanya ada taman berisi bunga-bunga berbagai warna dan jenis, kolam ikan serta sebuah gazebo berukuran sedang yang berada tepat ditengah-tengah kolam. Tak lama kemudian kulihat mang Ujang berjalan sambil melantunkan lagu India favoritnya, “Kuch Kuch Hota He”. Dia berhenti tepat disebuah jembatan kecil yang menghubungkan taman dengan gazebo, lalu melihat kearahku sambil tersenyum, dan berkata, “Selamat pagi, non..” . aku hanya tersenyum dan kembali kedalam kamar. Aku terus berusaha menyusun puzzle kata yang diberikan Yoonhee unnie tadi. Belum sampai semenit, tiba-tiba ingatanku kembali! Akhirnya aku ingat juga kata-kata Yoonhee unnie ditelepon tadi! Tanpa aba-aba aku melirik jam dinding dan langsung berlari ke kamar mandi.
***
Kim Yoon Hee, 26 tahun, wanita berdarah Korea yang lahir dan besar di Indonesia. Dia memiliki sebuah cafe dan restoran Korea di tengah pusat kota Jakarta. Sementara Kim Min Ji, 21 tahun, adalah seorang mahasiswi jurusan Ekonomi di kampus yang sama denganku. Mereka berdua adalah sepupuku. Kami berasal dari nenek yang sama. Ibu Yoon Hee unnie adalah anak pertama nenekku, dia menikah dengan pria berkebangsaan Perancis. Sedangkan ayah Min Ji adalah anak kedua nenekku, dia menikah dengan wanita keturunan Rusia. Dan ibuku adalah anak ketiga –anak terakhir nenekku.
Saat ini aku dan Min Ji berada di ruangan pribadi Yoon Hee unni, yang sedang keluar untuk urusan mendadak. Min Ji masih asyik dengan makan siangnya, sedangkan aku lebih memilih untuk mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidur-yang-tertunda di sofa empuk ini.
Belum sempat aku memejamkan mata, pintu ruangan terbuka dan Yoon Hee unnie masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa map serta tas tangan cantik berwarna cokelat pastel yang senada dengan warna bajunya, di atas meja kerjanya.
“Kau sudah makan siang, Karin?” tanya Yoon Hee unnie saat ia duduk di sofa depan Min Ji.
“Dia sepertinya lebih butuh tidur dari pada makan, unnie.” Min Ji mewakiliku menjawab pertanyaan kakak sepupu kami dengan mulut penuh nasi goreng.
“Haisss... kau begadang menonton DVD lagi? Drama apa kali ini?”
“Sungkyunkwan Scandal. Iya kan, Rin-ah?” lagi-lagi Min Ji yang menjawab pertanyaan unnie untukku. Jadi aku hanya mengangguk mengiyakan, lalu kulihat Yoon Hee unnie mendelik dan berdecak sebal melihat Min Ji makan sambil twitteran di laptop.
“Min Ji-ah... sudah berapa kali unnie katakan padamu? Kalau makan ya makan, online ya online. Jangan mengerjakan keduanya disaat yang bersamaan!” omel Yoonhee unnie.
“Lebih praktis seperti ini kan, unnie? Maag-ku tidak perlu kambuh dan waktu online-ku tidak perlu berkurang.”
“Praktis apanya? Ini membuang-buang waktu namanya, Kim Min Ji. Coba kau pikir. Kalau kau hanya makan saja, nasi goreng kesukaanmu itu bisa kau habiskan sebelum benar-benar dingin, dan setelah itu kau bisa online sepuasnya. Tapi kalau kau makan sambil terus online seperti ini, waktu makanmu akan lama sehingga nasi gorengmu akan dingin sedingin temperatur AC ruangan. Dan waktu online-mu juga akan terganggu karena kau harus menyendok nasi goreng-mu disela-sela kesibukan tanganmu yang mengetik atau mengendalikan kursor. Belum lagi kalau...”
“Ne... arassoyo, unnie-ah...” sela Min Ji dengan bibir yang maju beberapa senti karena manyun. Aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuan keduanya.
“Unnie, sebenarnya ada apa sampai menyuruh kami kesini?” tanyaku langsung saat melihat Yoon Hee unnie masih belum rela mengakhiri omelannya untuk Min Ji. Aku benar-benar butuh tidur walau sejenak saat ini. Kepalaku terasa berat dan pandanganku sudah mulai tidak fokus.
“Sudah unnie duga, kau masih tidur saat mengangkat teleponku tadi. Ck! Coba kau lihat kantung matamu. Aigooo... sebotol concealer pun tidak akan bisa menyamarkannya.” Kenapa aku jadi ikut diomeli olehnya? Menyebalkan!
“Jadi ada apa unnie memanggil kami kesini?” tanya Min Ji. Piring nasi gorengnya sudah benar-benar bersih sekarang.
Yoon Hee unnie berdiri lalu berjalan ke meja kerjanya. Dia membuka laci dan mengeluarkan dua buah amplop putih berbeda ukuran lalu memberikan satu ke Min Ji.
“Ige mwoya?”
“Buka saja.”
Min Ji membuka amplop itu dan menarik keluar 3 lembar kertas yang memanjang. Mata Min Ji seketika membesar. “Ige...” katanya terbata sambil melihat Yoon Hee unnie, lalu melihatku, lalu kembali melihat 3 lembar kertas yang dipegangnya.
“Eo... itu adalah...”
“TIKET KONSER SUJU!!! AAAAAAAAAAAA... UNNI-AH GOMAWOOOOOOOOOOO...” Min Ji berteriak histeris dan langsung melompat memeluk Yoon Hee unnie sebentar dan kemudian melompat lagi kearahku dengan histeris. Aku tidak tahu apa lagi yang dia lakukan setelahnya, yang pasti kepalaku terasa ringan kembali dan segala rasa kantuk yang menggelayutiku tadi sirna seketika.
***
Seingatku, ini adalah acara ‘pulang kampung’ paling indah yang pernah aku, atau kami –aku, Min Ji dan Yoon Hee unnie- alami. Bagaimana tidak? Baru kali ini nenek kami, Si Nyonya Besar Kim yang dikenal sangat menyayangi dan tidak bisa lepas dari ketiga cucu perempuannya itu memberi kami tiket gratis Korea-Indonesia Indonesia-Korea plus uang saku dan biaya hidup selama 2 minggu di Seoul! Aku ulangi, DUA MINGGU!!! Omonaaa... ini keajaiban namanya! Awalnya aku pikir tiket yang Yoon Hee unnie berikan beberapa hari yang lalu itu murni pemberiannya. Ternyata aku salah. Tiket konser Super Junior serta tiket pesawat itu semua pemberian nenek. Benar-benar tidak terduga! Min Ji saja sampai menganga lebar saat mengetahuinya. Ckckck.
Ini adalah hari kedua kami di Seoul. Karena kemarin kami bertiga kecapekan dan masih jet-lag, kami sepakat untuk istirahat seharian dan baru mulai jalan-jalan hari ini. Ah... rasanya aku sudah tidak sabar untuk menjelajahi Seoul lagi. Sekarang sudah masuk musim gugur, musim yang benar-benar membuatku jatuh cinta. Pemandangannya, suasananya, aromanya... seandainya Indonesia juga punya musim gugur. Pasti akan lebih mengasyikkan. Atau seandainya Si Nyonya Besar Kim tidak mewajibkan semua cucu perempuannya untuk tetap tinggal dan menetap di negara kelahirannya, Indonesia, mungkin saja sekarang kami –atau aku sendiri lebih tepatnya, sudah ada di London dan jika beruntung pasti sudah bisa bertemu Daniel Radcliffe. Hahaha.
Ting Tong...
Eh? Kami kedatangan tamu pagi-pagi begini? Siapa? Kami kan juga tamu di negara ini?
Kudekati intercom dan melihat siapa yang datang. Seorang wanita. Siapa ya?
“nuguseyo?” tanyaku setelah menekan salah satu tombol.
“annyeong haseyo. Choneun Kang Hae Yeon imnida. Boleh aku masuk?” jawab wanita itu.
“ne, silakan masuk.” Kutekan tombol pembuka kunci di intercom dan menunggu wanita itu masuk.
“annyeong haseyo. Choneun Kang Hae Yeon imnida. Aku sekertaris Tn. Lee. Bangapseumnida.” Katanya memperkenalkan diri sambil mengangguk sedikit. Cih... sombong sekali. Jadi yang bisa aku lakukan adalah...
“annyeong haseyo Kang Hae Yeon-ssi. Choneun Kim Karin imnida. Bangapseumnida.” Dengan suara tidak kalah anggun dan sedikit mengangguk, tentu saja.
“ne, bangapseumnida. Apa Kim Yoon Hee-ssi dan Kim Min Ji-ssi juga sudah siap?” tanya Kang Hae Yeon setelah meneliti penampilanku dari atas ke bawah. Sedikit mengeryit, sepertinya.
Apa-apaan wanita ini? Dia tidak sadar ya kalau tindakannya barusan bisa membuat siapa saja risih? Ck! Kurang sopan! Oke, jika memang penampilanku harus dibandingkan dengannya, jelas saja aku kalah modis. Dia memakai setelan semi-formal yang sangat pas membalut tubuh ramping sempurnanya. Dipadukan dengan stiletto berwarna senada serta tas tangan yang elegan. Sepertinya tas tangan itu adalah tas tangan yang sama dengan yang ada di majalah mode yang aku baca di pesawat kemarin. Dan aku? Aku hanya memakai celana jeans biasa dengan hoodie bergambar Tazmania kesayanganku yang aku beli di London akhir tahun lalu. Plus sepatu kets dan rambut dikuncir kuda. Haaahhh... perbandingan yang cukup mengerikan, sepertinya.
“Rin-ah, siapa yang datang?” Min Ji menghampiri kami dengan roll rambut yang masih terpasang.
“Kang Hae Yeon imnida. Hari ini aku harus mengantarkan kalian bertiga ke suatu tempat. Apa kalian sudah siap? Jujur saja, 2 jam lagi aku ada rapat penting. Dan sebelum itu aku harus pastikan kalian sudah ada di tempat yang telah ditentukan.” Katanya dengan kesan angkuh yang sama sekali tidak berusaha ditutupi.
“kenapa kami harus ikut denganmu? Kau siapa?” Yoon Hee unnie memandang wanita bermarga Kang itu dari atas ke bawah. Pandangannya biasa saja. Tidak mengeryit seperti yang wanita itu lakukan padaku. Lalu dengan santainya Yoon Hee unnie duduk di pinggiran sofa sembari memakai sepatu bertali rumit yang baru aku lihat. Mungkin produk keluaran terbaru, unnie kan memang sedikit sinting soal sepatu. Yang tidak aku duga, wanita bermarga Kang ini sepertinya tertarik dengan sepatu Yoon Hee unnie. tadi dia terus memperhatikan sepatu yang dipakai Yoon Hee unnie, kemudian mendengus sebal, walau berusaha ia samarkan.
“aku sekertaris Tn.Lee. Beliau adalah rekan Nyonya Kim, nenek kalian. Dan tugasku hari ini adalah mengantar kalian menemui beliau. Setelah itu mungkin akan ada guide yang akan menemani kalian selama...”
“tidak perlu! Kau pikir ini kunjungan pertama kami di Korea?” sela Min Ji merasa diremehkan.
“terserah... jadi bisa kita berangkat sekarang?”
***
-TBC- (?)